Ibnu Mas’ud berkata,
“Jika kamu sekalian melihat saudaramu berbuat suatu dosa, janganlah kalian menjadi penolong setan terhadapnya dengan mengatakan,
“Ya Allah, hinakan dia, ya Allah laknati dia!. Tetapi mintalah kepada Allah keselamatan.
Sesungguhnya kami, para sahabat Muhammad-shallallahu ‘alaihi wasallam-, tidak pernah mengatakan sesuatu tentang seseorang sehingga kami mengetahui atas perkara apa dia meninggal dunia.
Jika ia ditutup (usianya) dengan kebajikan, maka kami mengetahui bahwa ia telah meraih kebajikan dan jika ditutup usianya dengan keburukan, maka kami mengkhawatirkan amalnya atasnya.”
HR. Abdurrazzaq di dalam al-Mushannaf No. 20266
Abu Darda pernah melewati seseorang yang telah melakukan suatu dosa, maka orang-orang memakinya. Lalu Abu Darda bertanya,
“Apa pendapat kalian sekiranya kalian mendapatinya dalam Sumur, bukankah kalian akan mengeluarkannya?.”
Mereka menjawab,
“Benar”
Ia mengatakan,
“Karena itu janganlah kalian memaki saudara kalian, dan pujilah Allah yang telah menyelamatkan kalian”
Mereka bertanya,
“Apakah anda tidak membencinya?”
Ia menjawab,
“Aku hanya membenci amal perbuatannya. Jika ia meningalkannya, maka ia adalah saudaraku.“
Abu Darda mengatakan,
“Berdoalah kepada Allah pada saat kamu bergembira, semoga Dia mengabulkanmu pada saat kamu menderita.”
Abu Nu’am, 1/222
Maka, yang paling utama bagi seorang muslim adalah ia sibuk dengan dirinya sendiri dan takut dosa-dosanya. Ia merasa bahwa kewajibannya terhadap kesalahan saudaranya adalah sebatas memberi nasehat, menutup kesalahannya, berdoa buat mereka dan memohon ‘afiyat kepada Allah ta’ala
Saduran dari Tulisan WhatsApp Pak Eko Tuanto
- Inilah Pimpinan Harian PCPM Ponjong 2023-2027 - 20/07/2024
- Semangat, Yakin dan Fokus - 04/09/2017
- Rumah untuk Pak AR Fachrudin - 13/01/2017
Tinggalkan komentar